Welcome
“ Merabu”
Tgl
20 Agustus 2015, kamis pagi hari. Ya… hari itu adalah hari keberangkatan kami
menuju tempat pengabdian kami selama setahun. Kalimantan Timur tepatnya di
Kabupaten Berau adalah tujuan kami, kami dikirim oleh pemerintah untuk
mengabdikan diri selama setahun sebagai wujud dedikasi kami sebagai calon guru
professional dimasa yang akan datang. SM3T (Sarjana mengajar didaerah terdepan,
terluar, dan tertinggal) . program ini bertujuan untuk mencerdaskan Indonesia,
mencari calon guru yang benar-benar professional. Sebelum berangkat kedaerah
sasaran kami yang berjumlah 3000 orang seluruh Indonesia, 263 peserta berasal
dari Makassar digodok terlebih dahulu melaui kegiatan prakondisi selama dua
minggu, Sembilan hari indoor dan lima hari outdoor, kami dbekali berbagai ilmu
yang akan sangat bermanfaat didaerah pengabdian kami, salah satu bekal yang
paling keren menurutku adalah survive latihan bertahan hidup dihutan, ya
dihutan kami belajar bertahan hidup dengan memanfaatkan bahan makanan yang
disediakan oleh alam.
Tibalah
saatnya kami berangkat, kuota untuk kabupaten berau adalah 40 orang termasuk
aku. Aku berasal dari LPTK UNM jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Take off
dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pukul 12.45 WITA dan mendarat di
Bandara Balikpapan pukul 13. 45. Transit sekitar lima jam kemudian melanjutkan
perjalanan ke Kbupaten Berau dengan menggunakan Sriwijaya Air, mendarat di
Kabupaten Berau pukul 17.00 WITA. Gays ini pengalaman pertamaku melakukan
perjalanan menggunakan pesawat terbang dan pengalaman pertamaku juga
meninggalkan keluarga. Rasanya campur aduk, sedih, senang, deg-degan,
penasaran. Air mata nggak bias berhenti begitu pesawat akan lepas landas,
kebayang meninggalkan keluarga selama setahun, semua kemungkinan-kemungkinan
kejadian menyerang pikiran seketika. Tetapi dengan tuntunan Allah Swt,
Alhamdulillah bias tenang kembali dan mengingat bahwa kepergian kami memang
untuk mengabdi kepada Negara tercinta kami Indonesia. Niat mulia itu akan bias
mengalahkan semua kecemasan-kecemasan yang kurasakan.
Setelah
sampai di bandara Berau, kami disambut dan dijemput oleh Dinas pendidikan Kab.
Berau. Penyambutan yang luar biasa menurutku, kami dijemput dengan menggunakan
10 armada Honda jazz. Dalam satu mobil hanya diisi oleh empat orang saja,
berlima dengan sopir tentunya. Kami leluasa dan tidak merasakan sama sekali
desak-desakan, seperti yang biasa kami alami.. ha ha ha ha. Kami dibawa menuju
hotel Cantika Swara. Dalam benakku hotel yang akan kami datangi adalah hotel
yang biasa-biasa saja, tetapi begitu sampai dan kami disambut oleh kakak-kakak
SM3T angkatan 4 yang telah selseai melaksanakan tugas dan akan segera bertolak
ke Makassar kembali, kami begitu terpana ternyata hotel yang kami tempati
adalah hotel yang bisa dibilang hotel termewah dikabupaten Berau, begitu
istimewahnya kami… ha ha ha… Aku dari kota yang begitu besar, maju tetapi masih
terpana dengan fasilitas hotel ini, tidak kalah dengan hotel Clarion yang ada
di Makassar. Kami tiba dihotel pukul 09.00 WITA, makan malam istimewah lalu
istirahat untuk melanjutkan perjalanan esok harinya ke daerah penempatan kami.
Esok
harinya, kami mengadakan pertemuan dengan dinas pendidikan dan juga SM3T
angkatan 4 untuk melaksanakan lepas sambut SM3T angkatan V. Gays ternyata dalam
acara ini kami diberitahukan bahwa kami semua akan ditempatkan di Sekolah
Dasar, ya sekolah dasar yang notabene bukan keahlian kami yang rata-rata basicnya
SMP dan SMA. Tapi, inilah tantangan kami sebagai sarjana pendidik bangsa, siap
ditempatkan dijenjang mana saja. Aku sendiri mendapatkan daerah di Kecamatan
Kelay kampong Merabu namanya. Setelah pertemuan aku dan juga rekan yang
mendapatkan tempat yang sama denganku diberangkatkan ke desa Merabu. Oh ya,
kami berangkat bersama empat orang kawan lain yang mendapatkan penempatan
didesa tetangga Merabu. Yaitu desa Panaan (Hamzah, Rachman), Desa Lesang Dayak
(Adil dan Ilham). Beruntunglah kami ditemani pangeran-pangeran baik hati
seperti mereka, sedikitpun kami tidak menyentuh koper kami, merekalah yang
dengan penuh tanggung jawab menghandle koper-koper kami yang beratnya luar
biasa.. ha ha ha .. maklumlah cewek, perlengkapannya banyak. Kami meninggalkan
kota Tanjung Redep pukul 12.00 WITA dan sampai di desa Lesang Dayak sebagai
desa pertama tempat dua orang kawan kami
pukul 14.30. lalu melanjutkan perjalanan kedesa kami desa Merabu. Kami
tiba di desa Merabu sekitar pukul 16.30 dan langsung diantar kerumah tempat
kami tinggal. Rumah yang kami tempati tepat berada didepan sekolah, hanya
berkosar 10 meter dari bangunan sekolah.
SD
Negeri 010 Merabu menjadi sekolah sasaran kami mengabdi selama setahun,
walaupun basic kami adalah SMP dan SMA, tapi Insya Allah kami akan professional
untuk mendidik generasi emas Indonesia disekolah ini. Desa Merabu ini berada
jauh ditengah hutan, akses menuju desa ini sangat sulit, butuh berjam-jam dari
kota, angkutan umum tidak akan dijumpai didaerah ini. Kami menuju desa ini diantar
oleh petugas dari dinas pendidikan. Walaupun bisa dikatakan bahwa desa ini
terpencil berada jauh dari keramaian tapi fasilitas yang terdapat didesa ini
bisa dikatakan sudah mumpuni, bangunan rumah warga yang sudah modern, bangunan
sekolah yang layak, fasilitas sekolah seperti meja siswa yang bagus dan yang
tidak kalah mengagetkan kami adalah bahwa desa ini dilengkapi oleh listrik,
Wifi dan juga sinyal telepon seluler yang mumpuni. Sumber air yang digunakan
didesa ini adalah sungai yang berada tepat dibelakang rumah yang kami tempati.
Matapencaharian utama warga di desa ini adalah berladang.
Kami
disambut oleh guru- guru didesa ini, diperkenalkan dengan mereka yang akan
menjadi rekan sejawat kami selama setahun kedepan. Mendapat pengarahan dan
gambaran kecil tentang sekolah dan desa Merabu ini. Setelah itu petugas dinas
pendidikan mengantar rekan kami selanjutnya ke desa Panaan (Hamzah dan
Rachman), desa tetangga Merabu. Rumah yang kami tempati juga memiliki fasilitas
yang lumayan lengkap. Terdapat kulkas, TV, solarcell, alat-alat dapur yang
lengkap, WC yang bagus, kekurangannya hanya tidak tersedia kasur dan bantal
untuk kami tempati. Kami membersihkan rumah lalu beristirahat untuk memulai
aktifitas besok hari. Kami baru sadar bahwa listrik didesa ini hanya berfungsi
mulai pukul 17.00 sampai pukul 00.00 tetapi tidak perlu khawatir karena setelah
aliran listrik dipadamkan, kami masih memiliki solarcell yang bisa mengalirkan
listrik 24 jam. Jadi, bisa dikatakan bahwa listrik di desa ini berfungsi selama
24 jam.
Hari
sabtu kami langsung masuk kesekolah dan memulai aktivitas, dan aktivitas
pertama yang kami lakukan sebagai guru SM3T adalah melatih siswa melaksanakan
uacara bendera, setelah latihan upacara kami membawa seluruh siswa mulai kelas
satu hingga kelas enam yang hanya berjumlah 47 orang menuju kesungaiuntuk
perkenalan dengan kami sebagai guru baru dan juga melaksanakan agenda hari
sabtu yaitu pramuka. Kami tidak memakai seragam pramuka karena ketidaktahuan
kami bahwa kegiatan pramuka dilakukan setiap hari sabtu. Ada yang menarik dari
kegiatan kami disungai, sebelum latihan pramuka terlebih dahulu siswa makan
bersama bekal yang dibawa dari rumah dan lebih kerennya lagi siswa sangat
toleran dengan rekan-rekan mereka yang tidak membawa bekal. Pemandangan yang
begitu luar basa melihat kehidupan social mereka yang begitu tinggi, walaupun
meeka berbeda baik dari keyakinan maupun kasta sosila mungkin, tapi kehidupan
social mereka bisa diacungi jempol. Kami memperkenalkan diri yang diikuti
dengan perkenalan para siswa dan
dilanjutkan dengan games, kami diserahkan sepenuhnya untuk mengambil alih
kegiatan hari itu. Awalnya kikuk juga, kami belum punya persiapan apa-apa untuk
menghandle seluruh siswa ini, tapi berkat bekal yang kami dapatkan dari
prakondisi selama dua minggu sebelum keberangkatan, kami terselamatkan dengan
menerapkan bekal itu. Games yang dimainkan rekan-rekan selama diwisma kami
adaptasi, games itu games tangan kanan dan tangan kiri, gerakan yang diiringi
nyanyian, kebiasaan di Rindam VII juga kami terapkan yaitu mengatakan secara
serempak “selamat makan” sebelum makan dan “terima kasih” setelah makan.
Hari
sabtu cukup dengan kegiatan pramuka, sore harinya kami diajak untuk berkeliling
desa oleh ibu Siti dan Pak Arif, suami istri yang juga guru di SD 010. Mereka
berdualah yang menjadi pengarah kami semenjak kami dating kedesa ini. Mereka
begitu mengerti posisi kami sebagai pendatang baru yang tidak tau apa-apa
tentang desa ini. Mereka dengan senang hati menceritakan aa saja yng harus kami
ketahui, mulai dari tugas kami hingga semua tentang desa Merabu ini. Kami
diajak berkeliling kampong,mengenali masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ada
di desa ini, fasilitas yang ad didesa ini hingga menunjukkan jalan-jalan mana
saja yang harus kami lalui untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kami belum
perkenalan secara formal dengan kepala desa dan juga kepala adat dikarenakan
kepala desa yang sedang keluar kota. Kami akan melakukan perkenalan formal itu
dibalai desa setelah kepala desa kembali ke desa ini.
Hari
minggu pertama didesa ini sangat berkesan buat kami, kenapa ? karena kami akan
mandi dan mencuci di sungai. Ya, kami harus membiaskan diri untuk melakukan
kegiatan ini, sumber air di desa ini memang berasal dari sungai. Warga biasanya
menyedot air dari sungai dan mengisi penampungan dirumah dengan menggunakan
pompa tapi untuk menghemat air warga mandi dan mencuci di sungai. Setelah
sarapan pagi kami berangkat kesungai dengan membawa cucian yang lumayan banyak,
kami belum tahu sebenarnya tehnik mencuci di sungai sehingga cucian kami selalu
hanyut terbawa arus sungai. Beruntunglah arus sungainya kecil berhubung di desa
ini sedang musim kemarau. Pengalaman yang luar biasa menurut kami, mendapatkan
sensasi baru mencuci dan mandi di sungai. Awalnya kami berpikir ini akan sulit
tetapi setelah dijalanai satu dua kali, eh kami malah ketagihan khususnya Aku,
kak Azmi masih was-was gitu masuk ke sungai, masih khawatir akan terbawa arus
padahal arusnya begitu tenang.
Berlanjut
kehari senin, setelah melaksanakan upacara bendera, kami seharusnya masuk kelas
dan memulai pelajaran tetapi karena Sekretaris Desa ( Sekdes) akan berangkat ke
kota Wahau untuk berbelanja, kami memutuskan untuk ikut berbelanja keperluan
sehari-hari kami dan yang paling utama adalah kami belum memiliki kasur, tiga
hari kedatangan kami hanya tidur dilantai tanpa alas. Perjalanan yang amazing
menuju kota Wahau, kami harus melewati hutan lebat kemudian perkebunan sawit
yang luasnya mungkin ratusan hektar, gunung tidak lagi berisi pohon- pohon yang
rindang tetapi telah berubah menjadi gunung sawit. Miris juga sebenarnya,
selama ini selalu mendengar kebakaran hutan di Kalimantan, setelah itu entah
kenapa berubah menjadi perkebunan sawit, ya jawabanyya pasti tahu sendirilah.
Butuh waktu sekitar 3 jam untuk mencapai kota Wahau, kota terdekat yang bisa
kita capai dari desa Merabu melewati trek yang tidak gampang, penuh debu,
apalagi kami mengendarai mobil open cup. Seru sebenarnya tapi debunya ituloh,
setelah sampai dikota Wahau, debu yang menempel di tubuh kami mungkin sudah
tujuh centimeter. Ha ha ha ha tetapi seru, we can do that pastinya.
Kota
Wahau lumayan ramai, kota ini dihuni oleh berbagai macam etnis, hamper
setengahnya adalah pendatang dan beruntungnya kami di kota ini juga berdomisili
suku bugis yang merupakan suku kami. Berasa pulang kampong sendiri, menggunakan
bahasa daerah kami dan juga harga yang kami peroleh mendapat potongan. Kami
hamper saja ke kota dengan niat belanja tetapi tidak jadi berbelanja, kenapa ?
karena kami awalnya hanya ingin membawa ATM, kami tidak membawa uang cash
tetapi ntunglah Pak Arif membekali kami dengan uang cash, dengan pengalaman
yang dimilikinya beliau membimbing kami. Benar saja, setelah sampai di Kota
Wahau, ternyata ATM memang dalam keadaan kosong. Beruntunglah kami sudah
dibekali uang cash pinjaman dari pak Arif, jadinya kami hanya tinggal
mentransfer kerekening pak Arif. Sekali lagi Thanks very much untuk Pak Arif.
Kami kembali ke desa Merabu sekitar pukul 14.00 WITA dan tiba sekitar pukul
17.00 WITA. Merdekalah kami, sekarang memiliki kasur dan persiapan sehari-hari
untuk beberapa minggu. Tinggal nunggu gajian lagi nih untuk belanja ke kota
lagi.. ha ha ha ha… nasip anak rantau. Ini pertama kalinya aku dan kak Azmi
hidup jauh dari keluarga, untuk itulah kerja sama antara kami memang harus baik
dan berungtungya aku ditempatkan bersama kakak senior yang sabar dan juga
pengertian. Ini salah satu nikmat tersendiri yang diberikan Allah SWT untukku,
dan semoga akan selamanya seperti itu selama setahun kedepan.
Keesokan
harinya mulailah kami harus aktif disekolah. Selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu.
Sebenarnya, mengajar di SD adalah pengalaman pertamaku, sebelumnya aku hanya
mengajar di SMP dan SMA dan hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tetapi,
disini aku mengajar SD dan semua mata pelajaran. Tugas yang cukup menantang
menurutku, Salah satu tantangan yang tidak kalah menarik adalah mengajar kelas
rangkap, dan aku mengalami itu disini. Tapi tidak akan diketahui jika tidak
dicoba. So, berjuanglah.. :)