Sabtu, 25 Juni 2016

Welcome " Merabu"

Welcome “ Merabu”

Tgl 20 Agustus 2015, kamis pagi hari. Ya… hari itu adalah hari keberangkatan kami menuju tempat pengabdian kami selama setahun. Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Berau adalah tujuan kami, kami dikirim oleh pemerintah untuk mengabdikan diri selama setahun sebagai wujud dedikasi kami sebagai calon guru professional dimasa yang akan datang. SM3T (Sarjana mengajar didaerah terdepan, terluar, dan tertinggal) . program ini bertujuan untuk mencerdaskan Indonesia, mencari calon guru yang benar-benar professional. Sebelum berangkat kedaerah sasaran kami yang berjumlah 3000 orang seluruh Indonesia, 263 peserta berasal dari Makassar digodok terlebih dahulu melaui kegiatan prakondisi selama dua minggu, Sembilan hari indoor dan lima hari outdoor, kami dbekali berbagai ilmu yang akan sangat bermanfaat didaerah pengabdian kami, salah satu bekal yang paling keren menurutku adalah survive latihan bertahan hidup dihutan, ya dihutan kami belajar bertahan hidup dengan memanfaatkan bahan makanan yang disediakan oleh alam.
Tibalah saatnya kami berangkat, kuota untuk kabupaten berau adalah 40 orang termasuk aku. Aku berasal dari LPTK UNM jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Take off dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar pukul 12.45 WITA dan mendarat di Bandara Balikpapan pukul 13. 45. Transit sekitar lima jam kemudian melanjutkan perjalanan ke Kbupaten Berau dengan menggunakan Sriwijaya Air, mendarat di Kabupaten Berau pukul 17.00 WITA. Gays ini pengalaman pertamaku melakukan perjalanan menggunakan pesawat terbang dan pengalaman pertamaku juga meninggalkan keluarga. Rasanya campur aduk, sedih, senang, deg-degan, penasaran. Air mata nggak bias berhenti begitu pesawat akan lepas landas, kebayang meninggalkan keluarga selama setahun, semua kemungkinan-kemungkinan kejadian menyerang pikiran seketika. Tetapi dengan tuntunan Allah Swt, Alhamdulillah bias tenang kembali dan mengingat bahwa kepergian kami memang untuk mengabdi kepada Negara tercinta kami Indonesia. Niat mulia itu akan bias mengalahkan semua kecemasan-kecemasan yang kurasakan.
Setelah sampai di bandara Berau, kami disambut dan dijemput oleh Dinas pendidikan Kab. Berau. Penyambutan yang luar biasa menurutku, kami dijemput dengan menggunakan 10 armada Honda jazz. Dalam satu mobil hanya diisi oleh empat orang saja, berlima dengan sopir tentunya. Kami leluasa dan tidak merasakan sama sekali desak-desakan, seperti yang biasa kami alami.. ha ha ha ha. Kami dibawa menuju hotel Cantika Swara. Dalam benakku hotel yang akan kami datangi adalah hotel yang biasa-biasa saja, tetapi begitu sampai dan kami disambut oleh kakak-kakak SM3T angkatan 4 yang telah selseai melaksanakan tugas dan akan segera bertolak ke Makassar kembali, kami begitu terpana ternyata hotel yang kami tempati adalah hotel yang bisa dibilang hotel termewah dikabupaten Berau, begitu istimewahnya kami… ha ha ha… Aku dari kota yang begitu besar, maju tetapi masih terpana dengan fasilitas hotel ini, tidak kalah dengan hotel Clarion yang ada di Makassar. Kami tiba dihotel pukul 09.00 WITA, makan malam istimewah lalu istirahat untuk melanjutkan perjalanan esok harinya ke daerah penempatan kami.
Esok harinya, kami mengadakan pertemuan dengan dinas pendidikan dan juga SM3T angkatan 4 untuk melaksanakan lepas sambut SM3T angkatan V. Gays ternyata dalam acara ini kami diberitahukan bahwa kami semua akan ditempatkan di Sekolah Dasar, ya sekolah dasar yang notabene bukan keahlian kami yang rata-rata basicnya SMP dan SMA. Tapi, inilah tantangan kami sebagai sarjana pendidik bangsa, siap ditempatkan dijenjang mana saja. Aku sendiri mendapatkan daerah di Kecamatan Kelay kampong Merabu namanya. Setelah pertemuan aku dan juga rekan yang mendapatkan tempat yang sama denganku diberangkatkan ke desa Merabu. Oh ya, kami berangkat bersama empat orang kawan lain yang mendapatkan penempatan didesa tetangga Merabu. Yaitu desa Panaan (Hamzah, Rachman), Desa Lesang Dayak (Adil dan Ilham). Beruntunglah kami ditemani pangeran-pangeran baik hati seperti mereka, sedikitpun kami tidak menyentuh koper kami, merekalah yang dengan penuh tanggung jawab menghandle koper-koper kami yang beratnya luar biasa.. ha ha ha .. maklumlah cewek, perlengkapannya banyak. Kami meninggalkan kota Tanjung Redep pukul 12.00 WITA dan sampai di desa Lesang Dayak sebagai desa pertama tempat dua orang kawan kami  pukul 14.30. lalu melanjutkan perjalanan kedesa kami desa Merabu. Kami tiba di desa Merabu sekitar pukul 16.30 dan langsung diantar kerumah tempat kami tinggal. Rumah yang kami tempati tepat berada didepan sekolah, hanya berkosar 10 meter dari bangunan sekolah.
SD Negeri 010 Merabu menjadi sekolah sasaran kami mengabdi selama setahun, walaupun basic kami adalah SMP dan SMA, tapi Insya Allah kami akan professional untuk mendidik generasi emas Indonesia disekolah ini. Desa Merabu ini berada jauh ditengah hutan, akses menuju desa ini sangat sulit, butuh berjam-jam dari kota, angkutan umum tidak akan dijumpai didaerah ini. Kami menuju desa ini diantar oleh petugas dari dinas pendidikan. Walaupun bisa dikatakan bahwa desa ini terpencil berada jauh dari keramaian tapi fasilitas yang terdapat didesa ini bisa dikatakan sudah mumpuni, bangunan rumah warga yang sudah modern, bangunan sekolah yang layak, fasilitas sekolah seperti meja siswa yang bagus dan yang tidak kalah mengagetkan kami adalah bahwa desa ini dilengkapi oleh listrik, Wifi dan juga sinyal telepon seluler yang mumpuni. Sumber air yang digunakan didesa ini adalah sungai yang berada tepat dibelakang rumah yang kami tempati. Matapencaharian utama warga di desa ini adalah berladang.
Kami disambut oleh guru- guru didesa ini, diperkenalkan dengan mereka yang akan menjadi rekan sejawat kami selama setahun kedepan. Mendapat pengarahan dan gambaran kecil tentang sekolah dan desa Merabu ini. Setelah itu petugas dinas pendidikan mengantar rekan kami selanjutnya ke desa Panaan (Hamzah dan Rachman), desa tetangga Merabu. Rumah yang kami tempati juga memiliki fasilitas yang lumayan lengkap. Terdapat kulkas, TV, solarcell, alat-alat dapur yang lengkap, WC yang bagus, kekurangannya hanya tidak tersedia kasur dan bantal untuk kami tempati. Kami membersihkan rumah lalu beristirahat untuk memulai aktifitas besok hari. Kami baru sadar bahwa listrik didesa ini hanya berfungsi mulai pukul 17.00 sampai pukul 00.00 tetapi tidak perlu khawatir karena setelah aliran listrik dipadamkan, kami masih memiliki solarcell yang bisa mengalirkan listrik 24 jam. Jadi, bisa dikatakan bahwa listrik di desa ini berfungsi selama 24 jam.
Hari sabtu kami langsung masuk kesekolah dan memulai aktivitas, dan aktivitas pertama yang kami lakukan sebagai guru SM3T adalah melatih siswa melaksanakan uacara bendera, setelah latihan upacara kami membawa seluruh siswa mulai kelas satu hingga kelas enam yang hanya berjumlah 47 orang menuju kesungaiuntuk perkenalan dengan kami sebagai guru baru dan juga melaksanakan agenda hari sabtu yaitu pramuka. Kami tidak memakai seragam pramuka karena ketidaktahuan kami bahwa kegiatan pramuka dilakukan setiap hari sabtu. Ada yang menarik dari kegiatan kami disungai, sebelum latihan pramuka terlebih dahulu siswa makan bersama bekal yang dibawa dari rumah dan lebih kerennya lagi siswa sangat toleran dengan rekan-rekan mereka yang tidak membawa bekal. Pemandangan yang begitu luar basa melihat kehidupan social mereka yang begitu tinggi, walaupun meeka berbeda baik dari keyakinan maupun kasta sosila mungkin, tapi kehidupan social mereka bisa diacungi jempol. Kami memperkenalkan diri yang diikuti dengan perkenalan para siswa  dan dilanjutkan dengan games, kami diserahkan sepenuhnya untuk mengambil alih kegiatan hari itu. Awalnya kikuk juga, kami belum punya persiapan apa-apa untuk menghandle seluruh siswa ini, tapi berkat bekal yang kami dapatkan dari prakondisi selama dua minggu sebelum keberangkatan, kami terselamatkan dengan menerapkan bekal itu. Games yang dimainkan rekan-rekan selama diwisma kami adaptasi, games itu games tangan kanan dan tangan kiri, gerakan yang diiringi nyanyian, kebiasaan di Rindam VII juga kami terapkan yaitu mengatakan secara serempak “selamat makan” sebelum makan dan “terima kasih” setelah makan.
Hari sabtu cukup dengan kegiatan pramuka, sore harinya kami diajak untuk berkeliling desa oleh ibu Siti dan Pak Arif, suami istri yang juga guru di SD 010. Mereka berdualah yang menjadi pengarah kami semenjak kami dating kedesa ini. Mereka begitu mengerti posisi kami sebagai pendatang baru yang tidak tau apa-apa tentang desa ini. Mereka dengan senang hati menceritakan aa saja yng harus kami ketahui, mulai dari tugas kami hingga semua tentang desa Merabu ini. Kami diajak berkeliling kampong,mengenali masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang ada di desa ini, fasilitas yang ad didesa ini hingga menunjukkan jalan-jalan mana saja yang harus kami lalui untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kami belum perkenalan secara formal dengan kepala desa dan juga kepala adat dikarenakan kepala desa yang sedang keluar kota. Kami akan melakukan perkenalan formal itu dibalai desa setelah kepala desa kembali ke desa ini.
Hari minggu pertama didesa ini sangat berkesan buat kami, kenapa ? karena kami akan mandi dan mencuci di sungai. Ya, kami harus membiaskan diri untuk melakukan kegiatan ini, sumber air di desa ini memang berasal dari sungai. Warga biasanya menyedot air dari sungai dan mengisi penampungan dirumah dengan menggunakan pompa tapi untuk menghemat air warga mandi dan mencuci di sungai. Setelah sarapan pagi kami berangkat kesungai dengan membawa cucian yang lumayan banyak, kami belum tahu sebenarnya tehnik mencuci di sungai sehingga cucian kami selalu hanyut terbawa arus sungai. Beruntunglah arus sungainya kecil berhubung di desa ini sedang musim kemarau. Pengalaman yang luar biasa menurut kami, mendapatkan sensasi baru mencuci dan mandi di sungai. Awalnya kami berpikir ini akan sulit tetapi setelah dijalanai satu dua kali, eh kami malah ketagihan khususnya Aku, kak Azmi masih was-was gitu masuk ke sungai, masih khawatir akan terbawa arus padahal arusnya begitu tenang.
Berlanjut kehari senin, setelah melaksanakan upacara bendera, kami seharusnya masuk kelas dan memulai pelajaran tetapi karena Sekretaris Desa ( Sekdes) akan berangkat ke kota Wahau untuk berbelanja, kami memutuskan untuk ikut berbelanja keperluan sehari-hari kami dan yang paling utama adalah kami belum memiliki kasur, tiga hari kedatangan kami hanya tidur dilantai tanpa alas. Perjalanan yang amazing menuju kota Wahau, kami harus melewati hutan lebat kemudian perkebunan sawit yang luasnya mungkin ratusan hektar, gunung tidak lagi berisi pohon- pohon yang rindang tetapi telah berubah menjadi gunung sawit. Miris juga sebenarnya, selama ini selalu mendengar kebakaran hutan di Kalimantan, setelah itu entah kenapa berubah menjadi perkebunan sawit, ya jawabanyya pasti tahu sendirilah. Butuh waktu sekitar 3 jam untuk mencapai kota Wahau, kota terdekat yang bisa kita capai dari desa Merabu melewati trek yang tidak gampang, penuh debu, apalagi kami mengendarai mobil open cup. Seru sebenarnya tapi debunya ituloh, setelah sampai dikota Wahau, debu yang menempel di tubuh kami mungkin sudah tujuh centimeter. Ha ha ha ha tetapi seru, we can do that pastinya.
Kota Wahau lumayan ramai, kota ini dihuni oleh berbagai macam etnis, hamper setengahnya adalah pendatang dan beruntungnya kami di kota ini juga berdomisili suku bugis yang merupakan suku kami. Berasa pulang kampong sendiri, menggunakan bahasa daerah kami dan juga harga yang kami peroleh mendapat potongan. Kami hamper saja ke kota dengan niat belanja tetapi tidak jadi berbelanja, kenapa ? karena kami awalnya hanya ingin membawa ATM, kami tidak membawa uang cash tetapi ntunglah Pak Arif membekali kami dengan uang cash, dengan pengalaman yang dimilikinya beliau membimbing kami. Benar saja, setelah sampai di Kota Wahau, ternyata ATM memang dalam keadaan kosong. Beruntunglah kami sudah dibekali uang cash pinjaman dari pak Arif, jadinya kami hanya tinggal mentransfer kerekening pak Arif. Sekali lagi Thanks very much untuk Pak Arif. Kami kembali ke desa Merabu sekitar pukul 14.00 WITA dan tiba sekitar pukul 17.00 WITA. Merdekalah kami, sekarang memiliki kasur dan persiapan sehari-hari untuk beberapa minggu. Tinggal nunggu gajian lagi nih untuk belanja ke kota lagi.. ha ha ha ha… nasip anak rantau. Ini pertama kalinya aku dan kak Azmi hidup jauh dari keluarga, untuk itulah kerja sama antara kami memang harus baik dan berungtungya aku ditempatkan bersama kakak senior yang sabar dan juga pengertian. Ini salah satu nikmat tersendiri yang diberikan Allah SWT untukku, dan semoga akan selamanya seperti itu selama setahun kedepan.
Keesokan harinya mulailah kami harus aktif disekolah. Selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu. Sebenarnya, mengajar di SD adalah pengalaman pertamaku, sebelumnya aku hanya mengajar di SMP dan SMA dan hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tetapi, disini aku mengajar SD dan semua mata pelajaran. Tugas yang cukup menantang menurutku, Salah satu tantangan yang tidak kalah menarik adalah mengajar kelas rangkap, dan aku mengalami itu disini. Tapi tidak akan diketahui jika tidak dicoba. So, berjuanglah.. :)




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar